Balai Produksi Induk Udang Unggul dan Kekerangan (BPIU2K) Karangasem menghadirkan 3 mantan Direktorat Jenderal Perikanan Budi Daya pada acara Workshop Pelaksanaan Kegiatan ADB IISAP dengan topik “technology improvement in the sustainability of shrimp production”, yang dilaksanakan di Bali, 16-18 Oktober 2023.
Semua orang yang berkecimpung di dunia udang pasti tau bahwa mantan Dirjen Perikanan Budidaya, Bapak Dr. Ir. Made L. Nurdjana memiliki peran sangat penting dalam pembangunan industri budidaya udang di Indonesia. Dimana Beliau mampu mengubah paradigma dimana dulunya dunia perikanan identik dengan kemiskinan, menjadi 360 derajat berubah setelah adanya industri udang. Titik balik industri udang menjadi budidaya setelah beliau yang saat itu menjadi peneliti muda menemukan teknik ablasi mata untuk memproduksi induk udang matang telur, beliau mampu mengalahkan peneliti-peneliti FAO yang melakukan penelitian yang sama pada saat itu. Berkat penemuan penting tersebut, pada tahun 1985 beliau mendapatkan penghargaan Satya Lencana oleh Presiden Soeharto. Tidak berhenti sampai disitu beliau terus mengembangkan teknik lain yang berguna untuk perkembangan budidaya udang sehingga budidaya udang menjadi primadona hingga saat ini.
Bapak Made Nurdjana bercerita mengapa saat itu pemerintah memilih membangun Broodstock Center di Bali, tak lain karena Bali merupakan lokasi stategis yang jauh dari pertambakan, sterilisasi air laut yang terjamin, juga karna Bali memiliki airport nasional dan internasional sehingga proses impor dan ekspor menjadi jauh lebih efisien. Serta yang tak kalah penting karna masyarakat Karangasem sangat mendukung penuh rencana pembangunan ini sehingga ditetapkanlah lokasi di Desa Bugbug Karangasem, Bali. Selain itu beliau juga terlibat dalam proses merancang pembangunan broodstock center dan balai lain di Bali agar sesuai dengan estetika dengan menggabungkan unsur spritual sesuai identitas budaya Bali.
Pada 28 Oktober 2022 Menteri Sakti Wahyu Trenggono resmi meluncurkan Program Induk Udang Unggul Vaname NuSA Dewa. NuSa Dewa merupakan akronim dari Nusantara Sakti Dewata yang merupakan induk udang vaname unggul hasil breeding program dari BPIU2K Karangasem. Dengan adanya NuSa Dewa ini pemerintah berharap dapat memutus ketergantungan induk udang impor dan memiliki induk udang unggul lokal yang adaptif sesuai lingkungan di Indonesia. Melalui forum ini BPIU2K Karangasem membuka diskusi kepada pengguna benih dan induk NuSa Dewa serta para pakar dan tim ahli. Dengan mengetahui kelemahan, kendala di lapangan, semua yang terlibat bisa mencari solusi bersama sehingga kualitas NuSa Dewa menjadi lebih baik dan dapat lebih bermanfaat untuk masyarakat.
“Secara garis besar kami cukup puas dengan induk NuSa Dewa, walaupun masih terdapat beberapa kendala” ucap Bayu selaku pengguna induk NuSa Dewa.
“Kritik, saran dan masukan justru membuat kualitas induk NuSa Dewa menjadi lebih baik, kekurangan-kekurangan tersebut akan membuat perbaikan menjadi lebih cepat. Peran Stakeholders sangat membantu dan memiliki peran penting untuk meningkatkan kualitas produksi”. Ucap Dr. Ir. Made Nurdjana
Dr. Ir. Slamet Soebjakto, M.Si juga setuju, menurutnya walaupun NuSa Dewa belum 100% sempurna, namun langkah dan prestasi ini harus tetap di apresisasi dengan terus melakukan perbaikan-perbaikan. Beliau yakin suatu saat NuSa Dewa akan bisa setara dengan induk import. Prof. Dr. Ketut Sugama juga memberi apresiasi dan dukungan penuh, terus mengawal dengan penerapan SOP yang tepat sehingga kualitas induk NuSa Dewa terus meningkat.
“Kami sudah menggunakan benur dari BPIU2K Karangasem sejak tahun 2016 hingga saat ini, kami selalu berlangganan karena memang benurnya cocok dengan kita” ucap Sanum pembudidaya udang dari Lombok Tengah.
Ir. Nono Hartanto, M.Aq., selaku Direktur Perbenihan mengucapkan terima kasih kepada para Dirjen tersebut sebagai peletak dasar pembangunan perikanan khususnya pembangunan udang. Yang menjadi permasalahan Indonesia saat ini adalah ketersediaan induk yang masih tergantung dengan impor. Selain itu faktor penyakit udang yang semakin merebak juga menjadi masalah utama. Dan pemerintah melalui KKP masih terus mencari solusi akan permasalahan tersebut salah satu solusi tersebut adalah NuSa Dewa.
Dr. Ir Made Nurdjana menambahkan bahwasanya CBIB dan CPIB bukan hanya sekadar tuntutan pemerintah, namun juga persyaratan ekspor perdagangan internasional, syarat tersebut sangat rasional untuk memastikan dan mempertahankan keberlanjutan produksi suatu budidaya. Direktur Perbenihan juga mengkonfirmasi hal tersebut bahwa pembudidaya wajib mengurus CBIB dan CPIB. “mari kita berbudidaya dengan baik, agar keberlanjutan produksi terwujud”.
Para peserta workshop dan tim pakar juga berkesempatan berkunjung ke lokasi uji multilokasi yang bertempat di Pengambengan Jembrana (Patral II), sekaligus melihat panen hasil NuSa Dewa sejumlah 7 kolam