Selasa, 17 Oktober 2023, berlokasi di tambak terintegrasi PATRAL II, di desa Pengambengan Kabupaten Jembrana, dilakukan panen bersama benur NuSa Dewa, sebagai wujud kolaborasi swasta, pemerintah, dan Angkatan Laut. Kegiatan panen ini merupakan kebersamaan integrasi SOP NuSa Dewa dengan fasilitas yang dimiliki PATRAL II.
Pusat Akuagrikultur Terpadu Angkatan Laut (PATRAL) merupakan program percontohan budidaya udang vaname terintegrasi dari Asisten Potensi Maritim (ASPOTMAR) Angkatan Laut. Terpadu dalam artian terlengkapi dengan sistem digitalisasi, instalasi pengolahan air buang (IPAB), pengolahan air pasok, prosedur operasional yang ramah lingkungan, kontruksi low carbon effluent, dan manajemen modern. Diharapkan, dengan model bisnis ini dapat menjadi percontohan company profile bagi pengembangan unit serupa di daerah lain, sebagai kontribusi positif bagi ketahanan pangan nasional.
Sistem digital yang di- set up di PATRAL II merupakan kreasi tim digital BPIU2K Karangasem menggunakan platform real time dengan 4 parameter utama, yaitu: oksigen terlarut, nilai pH air, temperature air, dan temperature ruangan. Pengamatan otomatis per sekian detik ini diharapkan memberikan gambaran fluktuasi kualitas air selama siklus berjalan oleh tim teknis budidaya dan manajemen. Pengembangan dari sistem digital ini adalah early warning dengan real-time di total 11 parameter.
Model instalasi penglohan air buangan di PATRAL II, menerapkan sistem difusi fine bubble ozonizer untuk mendorong reaksi oksidasi bahan organic, salah satunya dengan mendorong reaksi nitrifikasi/ denitrifikasi berjalan kontinyu searah. Pendekatan sederhana dengan luasan minimalis, perlahan diperbaiki menuju olah buangan yang efisien – efektif.
Penerapan prosedur operasional (SOP) NuSa Dewa yang ramah lingkungan didasarkan kepada 3 prioritas utama, yaitu: penggunaan kombinasi blower dan kincir, system simbiotik, dan carbon mineral balancing. Prosedur demikian memberikan penghematan biaya operasional kelistrikan dalam memenuhi kebutuhan oksigen, mudah terap, seimbang secara biologis, dan memudahkan analisa kondisi kualitas air dengan hanya mencermati 3 komponen, yaitu: nilai ORP, Oksigen terlarut, dan pH air.
Panen ini dilakukan untuk enam petak tebar dengan luasan masing-masing 700 m2, dengan ketinggian air rerata 1,2 m. Kepadatan yang digunakan per petak adalah 175.000 ekor, atau 250 ekor per m2. Selama pemeliharaan 115 hari, diperoleh rataan bobot 28 – 32 gram (size 31 – 35). Produktifitas per meter adalah 4,3 kg atau 43 ton per ha. Nilai konversi pakan variatif berkisar 1,35 – 1,53. Dilakukan lima kali panen parsial sebelum panen total dengan undersize rataan 0.48%.
Dr. TB. Haeru Rahayu, Dirjen Perikanan Budidaya, pencetus beberapa kegiatan revitalisasi dan modelling teknologi budidaya udang, merespon positif kegiatan panen bersama ini. Pak Dirjen menyampaikan, “NuSa Dewa adalah program kemandirian induk udang vaname, yang sejak diluncurkan oleh Bapak Menteri Kelautan dan Perikanan, adalah bagian ketahanan pangan nasional. Panen Bersama ini, turut memberikan spirit peningkatan produksi udang nasional berikut spirit kebersamaan, kolaborasi, dengan fasilitas terintegrasi yang digawangi Angkatan Laut. Tentu saja, dengan ikhtiar terus-menerus menuju eco-friendly aquaculture, berlandaskan keseimbangan ekologi.”